Woiwnews.com – Tenis kursi roda, yang pada awalnya hanya dimainkan sebagai bentuk terapi bagi penyandang disabilitas fisik, kini telah berkembang menjadi salah satu cabang olahraga yang diakui secara global dan bahkan dipertandingkan di ajang Paralimpiade. Perjalanan panjang ini dimulai pada tahun 1976 di California, Amerika Serikat, ketika Brad Parks, seorang mantan pemain ski air yang mengalami cedera tulang belakang, mulai bereksperimen dengan olahraga tenis menggunakan kursi roda sebagai bagian dari proses rehabilitasinya.
Dalam upaya mempopulerkan olahraga ini, Parks bekerja sama dengan Jeff Minnenbraker, seorang rekan yang juga memiliki antusiasme besar terhadap potensi olahraga ini. Mereka berdua mulai mengadakan demonstrasi dan turnamen kecil di berbagai kota di Amerika Serikat. Usaha ini tak sia-sia; tenis kursi roda mulai mendapatkan perhatian lebih luas, terutama karena sifatnya yang inklusif dan kompetitif, yang memungkinkan para penyandang disabilitas untuk tetap aktif dan bersaing di tingkat tinggi.
Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Tennisfame, Parks menyatakan, “Kami melihat potensi besar dalam tenis kursi roda bukan hanya sebagai terapi, tetapi juga sebagai olahraga kompetitif yang dapat dinikmati oleh banyak orang di seluruh dunia.” Pernyataan ini menggarisbawahi semangat inovatif yang dimiliki oleh Parks dan Minnenbraker dalam mengembangkan olahraga ini.
Pada tahun 1980-an, olahraga tenis kursi roda semakin berkembang, merambah ke beberapa negara lain dan memperoleh pengakuan lebih luas. Puncaknya, pada Paralimpiade Barcelona 1992, tenis kursi roda secara resmi dimasukkan sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. Ini menandai sebuah tonggak sejarah penting bagi olahraga ini, di mana para atlet penyandang disabilitas dapat menunjukkan kemampuan dan ketangguhan mereka di panggung internasional.
Seiring dengan berkembangnya olahraga ini, aturan main olahraga cabor ini mengalami beberapa adaptasi khusus untuk menyesuaikan dengan kondisi para pemain yang menggunakan kursi roda. Salah satu perubahan signifikan adalah penerapan aturan dua pantulan. Menurut aturan ini, bola dapat memantul dua kali di lapangan sebelum dipukul, di mana pantulan pertama harus berada di dalam lapangan permainan, sementara pantulan kedua dapat terjadi di luar lapangan. Aturan ini dirancang untuk memberikan pemain lebih banyak waktu untuk bergerak dan mempersiapkan diri sebelum melakukan pukulan, sehingga meningkatkan dinamika permainan.
Selain itu, kursi roda yang digunakan dalam olahraga ini dirancang secara khusus. Kursi roda tersebut lebih ringan dengan roda yang lebih kecil dan dimiringkan, memungkinkan pemain untuk bergerak dengan cepat dan melakukan manuver yang lebih lincah di lapangan. Modifikasi ini memberikan kebebasan dan kecepatan yang diperlukan oleh para atlet untuk bersaing di level tertinggi.
Pada tahun 1988, untuk mendukung perkembangan dan pengelolaan olahraga ini, dibentuklah International Wheelchair Tennis Federation (IWTF). Organisasi ini bertanggung jawab atas pengaturan kompetisi, pengembangan aturan, dan promosi di seluruh dunia. Dengan adanya badan pengatur ini, struktur kompetisi menjadi lebih terorganisir, memungkinkan para pemain dari berbagai negara untuk bersaing di turnamen internasional yang diakui.
Salah satu atlet terkemuka, Shingo Kunieda dari Jepang, yang telah memenangkan berbagai kejuaraan besar, menyatakan, “Tenis kursi roda telah memberi saya kesempatan untuk meraih impian dan berkompetisi di level tertinggi. Ini adalah olahraga yang menggabungkan keterampilan, kecepatan, dan strategi yang luar biasa.”
Kesuksesan tenis kursi roda di Paralimpiade juga menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Olahraga ini tidak hanya menawarkan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk tetap aktif dan sehat, tetapi juga membuka jalan bagi inklusi sosial yang lebih besar, di mana perbedaan kemampuan fisik tidak menjadi penghalang untuk mencapai prestasi.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi internasional dan komunitas lokal, tenis kursi roda terus berkembang dan menarik lebih banyak minat dari kalangan penyandang disabilitas di seluruh dunia. Keberhasilan ini membuktikan bahwa dengan tekad dan dukungan yang tepat, olahraga dapat menjadi alat yang kuat untuk perubahan sosial, memberdayakan individu, dan memperkuat inklusi dalam masyarakat.
Melalui perjalanan panjangnya, tenis kursi roda telah menunjukkan bahwa olahraga dapat menjadi medium yang luar biasa untuk mengubah hidup, memberikan kesempatan, dan menginspirasi banyak orang. Dari terapi sederhana hingga menjadi cabang olahraga Paralimpiade yang bergengsi, tenis kursi roda adalah contoh nyata bagaimana olahraga dapat meruntuhkan batasan dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif.