Woiwnews.com – Kebumen, Jawa Tengah, dan Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, kini berdiri sejajar dengan lanskap paling istimewa di dunia setelah Dewan Eksekutif UNESCO pada April 2025 mengesahkan keduanya sebagai bagian dari jaringan UNESCO Global Geopark. Penetapan ini turut menambah daftar geopark dunia menjadi 229 situs yang tersebar di 50 negara.
Geopark—atau taman bumi—memadukan keragaman geologis, hayati, dan budaya dalam satu kawasan utuh. Setiap lapisan batu, fosil, hingga tradisi masyarakat setempat merekam perjalanan bumi sekaligus peradaban manusia. Di bawah payung UNESCO, warisan tersebut diproyeksikan kelestariannya melalui tiga pilar utama: konservasi, edukasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Pengakuan internasional membuka peluang ekonomi baru tanpa mengorbankan lingkungan. Pelaku usaha kecil, pemandu wisata, hingga pengrajin lokal berpotensi meraih manfaat dari arus wisata yang meningkat. Pemerintah daerah pun terdorong memperkuat infrastruktur dasar—mulai akses jalan hingga pusat informasi—agar pengalaman pengunjung tetap nyaman. Kendati demikian, pemangku kepentingan diingatkan untuk menerapkan prinsip daya dukung demi mencegah tekanan berlebihan terhadap ekosistem.
Pesona Geopark
Bentang karst Gombong Selatan, pantai bertebing, dan jejak fosil purba menjadi magnet utama Geopark Kebumen. Goa Jatijajar menampilkan ornamen stalaktit dan stalagmit yang terbentuk jutaan tahun, sedangkan Pantai Karangbolong menyingkap lapisan batuan vulkanik purba. Inovasi interpretasi digital—seperti kode QR di tiap geosite—telah disiapkan guna memudahkan wisatawan memahami proses geologis yang terjadi.
Di Kalimantan Selatan, Geopark Meratus membentangkan sabuk pegunungan berumur sekitar 200 juta tahun. Struktur lipatan batuan yang kompleks berpadu hutan hujan tropis serta budaya Dayak Meratus yang masih lestari. Ragam pusaka geologis, seperti singkapan batu ultrabasa dan mata air panas, memberi ruang riset ilmiah sekaligus wisata minat khusus. Program homestay adat di Loksado, misalnya, mengundang pengunjung merasakan kearifan lokal sembari menikmati panorama Sungai Amandit.
Status bergengsi tidak lantas meniadakan pekerjaan rumah. Ancaman deforestasi, pertambangan ilegal, dan sampah plastik berpotensi merusak mutu lanskap bila tak ditangani serius. Karena itu, pemerintah pusat hingga desa diharapkan menyusun rencana aksi terpadu—meliputi zonasi ketat, patroli kawasan, serta pelibatan masyarakat dalam monitoring. Edukasi lingkungan di sekolah-sekolah juga krusial agar generasi muda menjadi garda terdepan penjaga geopark.
Posisi Indonesia di Panggung Global
Dengan bertambahnya Kebumen dan Meratus, Indonesia kini memiliki 12 UNESCO Global Geopark. Sebelumnya, nusantara sudah lebih dulu menempatkan Batur, Gunung Sewu, Ciletuh–Palabuhanratu, Rinjani–Lombok, Kaldera Toba, Belitong, Ijen, Maros–Pangkep, Merangin Jambi, dan Raja Ampat dalam jaringan yang sama. Keberagaman geologis Indonesia—dari kaldera raksasa, karst tropis, hingga sabuk vulkanik—mempertegas reputasi Tanah Air sebagai laboratorium geologi terbuka.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan peningkatan kunjungan wisata minat khusus sambil menegakkan prinsip pariwisata berkelanjutan. Sistem tiket elektronik satu pintu tengah disiapkan untuk memantau jumlah pengunjung harian. Di sisi lain, komunitas peneliti mendorong pengembangan geoedukasi berbasis teknologi augmented reality agar sains lebih mudah dipahami publik.
Pengakuan UNESCO bukan sekadar piagam prestise, melainkan amanah untuk menjaga bumi sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat. Apabila sinergi konservasi, edukasi, dan ekonomi berjalan seimbang, Geopark Kebumen dan Meratus berpotensi menjadi model pengelolaan taman bumi yang berkelanjutan, inspiratif, dan mendunia.